#69 lessons to learn

(mungkin) kemarin-kemarin gue masih merindukan sosok yang satu itu. tapi itu dulu. terhitung enam bulan lamanya gue berdebat tentang benar atau salah, sekarang hal itu nggak berlaku. toh gue nggak mau terus-terusan makan buah yang udah busuk. mual juga rasanya. jadi gue udah siap sekarang, udah bisa ambil resiko, dan gue sendiri pun nggak peduli dengan resiko yang barangkali nggak akan terjadi. toh gue pun nggak bisa jadi seseorang yang sok bijak :)
jadi maaf buat kesalahan yang sampai sekarang masih terhitung. satu-satunya media yang jadi jembatan penghubung itu gue putuskan talinya. jadi gak akan ada komunikasi lagi. karena pada dasarnya kami hidup di tempat yang berbeda. there's no regret. enggak sama sekali. gue udah siap dengan semua ini. karena semuanya absurd. hal yang dulu pernah tergambar pun berawal dari ke-absurd-an itu bukan?
terimakasih udah mengisi lembar kosong ini menjadi sebuah cerita. cerita yang unik, yang indah, dan diluar ekspektasi dan daya jangkau nalar gue, berakhir di chapter seperti ini. gue, tokoh utama dalam cerita ini bahkan terasingkan, karena tokoh utama yang sebenarnya bukan lah gue sendiri. ternyata gue gak ada bdedanya dengan pemeran figuran yang sekedar lewat atau bahkan mengisi kekosongan episode biar ratingnya tetap tinggi. apapun itu. ah, hidup itu memang nggak bisa ditebak. misterius.
untuk itu, I wanna say thanks. for the heartache :)
berharap boleh kan? gue sih berharap dia bisa bebahagia happily ever after dengan tokoh barunya itu. semoga saja.
no offense, gue cuma menyampaikan pemikiran aja. toh gak baik juga kalau dikubur terlalu dalam 'like nothing happened' kan yaaaaa? :p
pssst; I swear, gak akan ungkit-ungkit tentang apapun hal tentang cerita satu ini lagi. this is the last. hihi :))

0 comments:

Posting Komentar

 

Twitter Updates

Meet The Author