Cliché



"Apa yang akan kamu pilih. Pertama, menjalani hidup normal apa adanya. Senang normal-normal saja, sedih biasa-biasa saja. Atau menjalani hidup layaknya roller coaster. Ketika tinggi, tinggi banget. Begitu pula sebaliknya."

"Sesuatu yang berlebihan itu nggak baik."

"Jadi, kamu memilih pilihan yang pertama?"

"Entah lah. Aku ingin tahu jawaban dari mu dulu."

"Kalau aku, memilih yang kedua. Aku nggak mau menjalani hidup biasa-biasa saja. Nggak masalah hidup membawaku ke titik terendah, titik terbawah, supaya ketika nanti aku berada dalam posisi puncak, aku nggak lupa untuk terus bersyukur bahwa aku pernah di bawah, aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ketika aku berada di atas."

"Hm.. menarik."

"Sekarang giliran mu."

"Aku nggak  milih dua-duanya."

"Kenapa?"

Biru menarik napas dalam-dalam. Udara dini hari masuk ke dalam rongga dadanya. Menenangkan.

"Aku nggak peduli hidup membawaku ke mana. Mau rendah, tinggi, maju, mundur, kiri, kanan, aku cuma mau satu."

"Apa?" Jingga penasaran. Alisnya terangkat ingin tahu.

Biru yang berada di sampingnya mengecup kening Jingga.

"Kamu."

Jingga tersipu. "Ah gombal kacangan. Klise!"

Seraya terkekeh, Biru membisikkan sesuatu kepada Jingga.

"I just want to be happy. And happiness is real, only when we shared, honey."

Di atas sana, bintang berkelap-kelip di hamparan langit gelap. Indah. Seperti yang dirasakan Jingga malam itu.


0 comments:

Posting Komentar

 

Twitter Updates

Meet The Author