la première partie : Nature Meet


Salah satu kepingan alam sedang jatuh cinta. Bulan. Ia menaruh hatinya pada sang surya. Matahari. Di penghujung musim panas, ketika Matahari tengah bercengkrama dengan kunang-kunang. Di suatu waktu, Bulan lupa waktu. Ia terjebak dalam labirin konspirasi alam yang memertemukannya dengan matahari.
Semua tampak seperti pantulan lautan emas di tengah riak sungai, ketika Bulan bertemu pujaan hatinya itu. Tubuhnya mendadak menggigil, padahal angin tengah berlibur di sebuah pulau terpencil. Perutnya bergejolak, seakan ribuan kupu-kupu beterbangan di sana. Kala itu, Bulan terhipnotis. Matanya tak berkedip satu detik pun. Ia tersenyum sendiri melihat tingkah Matahari. Mengamatinya di balik semak belukar, di dalam kegelapan bersama langit malam. Ia, jatuh cinta.
Salah satu kepingan alam sedang berbahagia. Matahari. Ia berbahagia karena dalam beberapa jam lagi, waktu liburnya akan datang. Tak perlu lagi ia mengeluarkan tenaga yang lebih untuk musim panas. Di penghujung waktunya itu, ia merayakan pesta bersama sahabat kecilnya, para kunang-kunang.
Kunang-kunang menari mengelilingi Matahari, berpendar, berputar. Indah. Meskipun kunang-kunang jauh lebih kecil darinya, Matahari merasakan kehangatan yang menentramkan. Ketika tengah asyik menari, Matahari merasa ada seseorang yang melihatnya. Ada kabut di sana, dibalik semak belukar. Ah, hanya kabut saja, pikirnya. Matahari tak peduli. Ia terus menari hingga langit malam tiba.
***
“Kamu gila? Malam tak pernah bisa bertemu siang. Jangan bermimpi yang aneh-aneh!” teriak Bintang.
“Kata siapa?” jawab Bulan. ‘Bisa kok. Lihat aja nanti!’ Lanjutnya dalam hati.


*playing : Panic! At The Disco - When The Day Met The Night.

0 comments:

Posting Komentar

 

Twitter Updates

Meet The Author