a super random trip (but fun) ever.


Saya mau bercerita tentang trip pertama saya di tahun 2014. Ini udah lama sebenarnya, tapi sayang kalau nggak di-share. 
Awalnya, saya dan sang pacar (namanya Andi) berencana untuk berlibur ke Lampung pasca ia sidang skripsi, 31 Januari yang lalu. Ternyata Tuhan punya skenario lain untuk kami berdua. Entah kebetulan atau tidak, teman kost yang juga adik angkatan di kampusnya mengajak Andi untuk bergabung bersama teman-temannya trip ke Lampung. Tanpa pikir panjang ia pun mengiyakan, lalu mengajak saya untuk ikut. Jadilah kami bersebelas pergi ke Lampung dengan formasi enam motor. Kami berdua yang hanya ikut 'numpang' di grup perjalanan kali ini tinggal ikut apa kata ketua perjalanan saja. Hehe.

Pukul 12 malam, kami berangkat dari Cilegon ke Pelabuhan Merak. Sesampainya di pelabuhan, untuk naik kapal Ferry yang setengah jam lagi akan berangkat, kami dikenakan tarif Rp 45.000/ motor. 



Saya memutuskan untuk duduk di dek tengah kapal. Andi pun menemani. Kami berpisah sementara dengan rombongan. Di situ disediakan tv supaya penumpang tidak bosan di perjalanan. Kapal mulai berangkat kira-kira pukul 1 malam. Awalnya asyik, karena tv menayangkan Dunia Lain -kebetulan pada saat itu malam Jum'at-. Tapi lama-lama saya bosan dan capek juga, karena kursi yang disediakan tidak ada sandaran kepala. 


Perjalanan rasanya lamaaaa sekali. Makin pagi, hampir semua orang yang saya lihat tertidur pulas. Ada yang di kursi, di ruang tidur (di sini disediakan ruang tidur tanpa alas dengan tarif Rp 10.000/orang), di lorong-lorong, di tangga kapal, mereka berserakan di mana-mana. Kami memutuskan untuk pergi ke luar, ke bagian atas kapal, menikmati langit malam. Di sana, banyak pula yang tergeletak pulas asyik tertidur. Rasanya hanya kami berdua dan segelintir orang saja yang bertahan 'hidup' di sana. Ya mau diapakan lagi, mata nggak ngantuk. Saya terlalu excited di perjalanan kali ini sampai-sampai nggak bisa tidur.  



TAPI.. tau nggak. Ternyata saya menyesal banget kenapa selama tiga jam lebih perjalanan, saya nggak paksain mata untuk tidur. Karena, sepanjang perjalanan dari pagi-siang yang memakan waktu 6 jam menuju Dermaga Ketapang, saya ngantuk banget! Meski pun udah minum kopi sebotol, ngemil, ngemut permen, semuanya percuma. Saking ngantuknya, saya sempat hampir jatuh dari motor karena hilang kesadaran.

Lesson to learn : Kalau bervakansi menggunakan motor kayak saya ini, usahain memanfaatkan waktu sebaik mungkin selama di kapal. Apalagi kalau naik kapalnya mulai dari malam hari. Jangan sampai nggak tidur. Kalau nggak ngantuk, paksain aja! Soalnya pasti nanti selama di perjalanan kalian bakal ngantuk banget.


Sebenarnya, waktu tempuh dari Bakauheni ke Dermaga Ketapang cuma 2,5 jam. Dari awal sudah saya ceritain kan, kalau saya dan pacar nurut-nurut saja dengan rombongan. Setelah sampai di Lampung, mampir ke pom bensin terdekat untuk isi bensin dan shalat Subuh, kami berunding mau ke mana perjalanan ini dibawa. Setelah googling sana-sini, akhirnya kami dapat rekomendasi tempat yang kayaknya asyik. Pulau Pahawang. Dengan bermodalkan GPS lah kami berangkat dari pukul enam pagi. Ternyata, kami salah jalan. Seharusnya kami tinggal lurus saja mengikuti jalur utama, tetapi di GPS berkata lain. Akhirnya, kami belok ke kanan, ambil jalur yang lebiiiih jauh sampai memakan waktu kurang lebih enam jam! Walaupun punggung dan bokong pegal-pegal, nggak percuma. Rasa pegal kami dibayar dengan pemandangan super indah yang nggak bisa kami dapatkan kalau melalui jalur utama. Perkampungan nuansa Bali, naik turun bukit, ladang jagung yang luas membentang, laut, dan banyaaaaaaaak lagi.

Lesson to learn : Jangan malu bertanya kepada penduduk setempat, ya! Jangan cuma bertanya ke satu orang saja, usahain kalian mengkroscek kebenaran informasi kepada minimal tiga orang penduduk. Salah satu alasan kenapa kami bisa salah jalur, karena kami bertanya kepada orang yang kurang tepat. 


Setelah perjalanan salah jalur yang melelahkan selesai, sampailah kami di Dermaga Ketapang pukul 12 siang. Pemandangannya super duper indah baaaaaaaanget! Rasanya kita berada di dua sisi. Sebelah kanan bukit dipenuhi pepohonan, di sebalah kiri hamparan pasir putih dengan air laut berwarna biru jernih. Di sana, ada beberapa spot wisata pantai yang bervariatif. Saya lupa apa nama tempat yang kami masuki, yang jelas nggak lama setelah kita sampai di sana, ada bapak-bapak datang menawarkan jasa seberang pulau menggunakan speed boat-nya kepada kami. Sebutlah Bapak Speed Boat (maaf pak, saya lupa nama bapak. maaaf. hehe) Setelah terjadi tawar menawar yang pelik, akhirnya kami dikenakan biaya Rp 80.000 /orang, sudah termasuk :
- Menyeberang ke pulau Pahawang Kecil dan snorkeling sebentar di sana
- Dari Pahawang Kecil ke Pulau Kelagian 
- Snorkeling lagi di Pulau Kelagian (di sini kita ditinggal untuk menginap semalam, plus dipinjamkan dua alat snorkeling.)
- Besoknya dijemput pukul 11 siang, mampir sebentar ke pulau maaf-lupa-nama-pulaunya-apa selama satu jam. Hehe
- Kembali ke Dermaga Ketapang
Oh, ya. Selama menyeberang, motor kami boleh dititipkan di rumah Bapak Speed Boat semalaman, gratis! :D




Kurang lebih 40 menit perjalanan dari Dermaga Ketapang - Pahawang Kecil. Fyi, di pulau ini juga terdapat resort pribadi miliki Mr. Jo pria berkebangsaan Prancis (kata Bapak Speed Boat yang baik hati). Kadang kalau lagi ada pemiliknya itu, masyarakat umum nggak bisa leluasa main-main di Pahawang Kecil. Katanya sih begitu..







Pemandangan saat snorkeling bagus banget. Banyak ikan kecil warna-warni, bintang laut, sampai ular laut yang sempet bikin deg-degan. Untung nggak dikejar. Sayangnya,  di sana waktu snorkeling terbatas karena cuaca nggak mendukung. Maklum, waktu itu bulan Januari, disaat hujan lagi sering-seringnya turun. Jam 3 turun gerimis, lalu hujan makin lama makin besar. Terpaksa kami langsung diantarkan ke pulau Kelagian. Tapi seru juga naik perahu disaat hujan lagi besar-besarnya.

Lesson to learn : Supaya lebih menyenangkan, lebih baik berlibur di pantai / laut jangan di musim hujan. Sekian.


Di pulau Kelagian hanya ada beberapa warung dan saung yang bisa dijadikan tempat menginap. Tarifnya 30 ribu semalam. Oiya, per orang juga dikenakan tarif 5 ribu untuk masuk ke pulau ini. Ada pengalaman berkesan di sini. Ceritanya, karena belum puas snorkeling di Pahawang kecil karena hujan, sesampainya di Kelagian saya langsung melanjutkan snorkeling lagi. Keasyikan menikmati pemandangan bawah air yang jernih itu sampai jam 6 sore. Saya nggak tahu kalau di sana satu-satunya sumber listrik hanya dari genset. Sialnya lagi, kamar mandi umum nggak difasilitasi lampu. Salah satu dari kami pun nggak ada yang tahu kalau kamar mandi nggak ada lampu. Jadilah saya, mandi dalam gelap. Dua kata untuk menggambarkan keadaan pada saat itu : GELAP BANGET. Ditambah lagi kamar mandi yang apa adanya, nggak ada gantungan baju, bahkan air pun nggak mengalir dari keran.

Lesson to learn : Sebelum main di pantai, sebaiknya kita check dulu kondisi kamar mandi yang bakal kita pake untuk bilas / buang air kecil. Jangan sampai kita keasyikan main, tapi air untuk mandi nggak ada. Pokoknya, 'berkenalan' dengan kondisi lingkungan yang baru itu perlu.


Setelah capek main seharian, ditambah ngantuk nggak tertahankan selama perjalanan pagi tadi, saya tertidur entah berapa lama. Yang jelas, sekitar jam 3 pagi saya terbangun. Mata udah segar lagi rasanya. Ditemani playlist dan kamera, saya menikmati dan mengabadikan momen terbaik pulau Kelagian sampai matahari terbit. Kapan lagi?









Di pulau ini kalian akan menemukan banyak sekali anjing yang diurus oleh penduduk. Ada satu anjing yang menarik hati saya. Ia dengan setia duduk menemani teman kecilnya yang perutnya diikat supaya nggak ke mana-mana. Monyet kecil yang ditemukan di hutan belakang, lantas dipelihara oleh salah satu ibu penjaga warung. Dia manja banget. Kalau ditinggal pasti memanggil-manggil, pengin ditemani. Dielus-elus kepalanya, perutnya. Saya rasa dia kesepian. Ingin bermain, tapi nggak bisa. Rasanya saya selalu sedih setiap melihat binatang yang direnggut kebebasannya di kandang seperti ini. Cinta posesif memang nggak pernah menyenangkan. :(







Untungnya, di hari kedua cuaca cerah sekali. Sekitar jam 11 Bapak Speed Boat datang menjemput kami yang sudah stand by dari pagi. Dari Kelagian, kami diajaknya pergi ke pulau kecil yang bagus untuk dijadikan spot foto. Pemandangan laut yang dikelilingi pulau hijau seperti ini mengingatkan saya seperti di film The Beach lebih tepatnya di Phi Phi Islands di Thailand sana. Walaupun belum pernah ke sana, tapi saya yakin kalau pemandangan di sana masih kalah bagus kalau dibandingkan di sini, di salah satu kepulauan kecil di Indonesia ini. 






Baru kali ini saya berpetualang ke secuil dari luasnya Lampung, besarnya pulau Sumatera, super luasnya Indonesia dan saya sangaaaat jatuh cinta. Nggak heran kenapa orang-orang yang sering saya lihat di video klip tentang trip di beberapa tempat di Indonesia keliatannya seneng dan sumringah banget. Ternyata rasanya memang menyenangkan dan adiktif.
Saya nggak muluk-muluk pengin ke luar negeri. Rasanya berkeliling Indonesia dari sabang sampai merauke jadi salah satu to do list saya sebelum umur saya habis. Semoga Tuhan mengijabah harapan saya ini. Amin :)

0 comments:

Posting Komentar

 

Twitter Updates

Meet The Author