Salah satu kepingan alam sedang
jatuh cinta. Bulan. Ia menaruh hatinya pada sang surya. Matahari. Di penghujung
musim panas, ketika Matahari tengah bercengkrama dengan kunang-kunang. Di suatu
waktu, Bulan lupa waktu. Ia terjebak dalam labirin konspirasi alam yang
memertemukannya dengan matahari.
Semua tampak seperti pantulan
lautan emas di tengah riak sungai, ketika Bulan bertemu pujaan hatinya itu. Tubuhnya
mendadak menggigil, padahal angin tengah berlibur di sebuah pulau terpencil. Perutnya
bergejolak, seakan ribuan kupu-kupu beterbangan di sana. Kala itu, Bulan terhipnotis. Matanya tak berkedip satu detik pun. Ia tersenyum sendiri melihat tingkah
Matahari. Mengamatinya di balik semak belukar, di dalam kegelapan bersama
langit malam. Ia, jatuh cinta.
Salah satu kepingan alam sedang
berbahagia. Matahari. Ia berbahagia karena dalam beberapa jam lagi, waktu
liburnya akan datang. Tak perlu lagi ia mengeluarkan tenaga yang lebih untuk
musim panas. Di penghujung waktunya itu, ia merayakan pesta bersama sahabat
kecilnya, para kunang-kunang.
Kunang-kunang menari mengelilingi
Matahari, berpendar, berputar. Indah. Meskipun kunang-kunang jauh lebih kecil
darinya, Matahari merasakan kehangatan yang menentramkan. Ketika tengah asyik
menari, Matahari merasa ada seseorang yang melihatnya. Ada kabut di sana,
dibalik semak belukar. Ah, hanya kabut saja, pikirnya. Matahari tak peduli. Ia terus
menari hingga langit malam tiba.
***
“Kamu gila? Malam tak pernah bisa
bertemu siang. Jangan bermimpi yang aneh-aneh!” teriak Bintang.
“Kata siapa?” jawab Bulan. ‘Bisa kok. Lihat aja nanti!’ Lanjutnya
dalam hati.
*playing : Panic! At The Disco - When The Day Met The Night.
0 comments:
Posting Komentar